Tulisan ini saya buat untuk memenuhi tugas softskill. Pada penulisan tugas saya yang pertama ini, saya akan membahas tentang kampung halaman saya yaitu Tidore. Mungkin dari kalian semua masih bingung, belum pernah mendengar atau bahkan belum mengetahui dimana Tidore itu berada. Di tulisan ini saya akan mencoba berbagi informasi yang saya ketahui mengenai kampung halaman saya ini. Bagaimana apakah kalian masih tertarik lebih jauh? Baiklah saya akan memulai bercerita.
Gambar pulau Tidore pada lembaran uang 1000 rupiah
Dahulu kala, sebelum Islam sampai ke tanah air, pulau yang termasuk dalam salah satu gugusan kepulauan Maluku ini dikenal dengan nama Kie Duko yang berarti pulau yang bergunung api. Sebutan ini di dapat karena di Tidore terdapat gunung api yang bernama gunung Marijang (walaupun pada saat ini gunung tersebut sudah tidak aktif lagi), gunung ini merupakan gunung tertinggi di gugusan pulau di Maluku.
Asal Muasal Nama "Tidore"
Alkisah pada saat itu di tidore ini sering terjadi pertikaian antar kepala suku atau yang disebut dengan Momole. Setiap Momole didukung oleh para anggotanya masing-masing dalam memperebutkan wilayah kekuasaan. Dalama pertikaian tersebut seringkali menimbulkan pertumpahan darah, tak pelak banyak korban yang jatuh dari masing-masing suku tersebut. Banyak usaha yang telah dilakukan demi mengatasi pertikaian tersebut namun selalu menemui jalan buntu.
Hingga suatu hari rombongan Ibnu Chardazabah, merupakan utusan Khalifah al-Mutawakkil dari Kerajaan Abbasiyah di Baghdad tiba di Tidore (diperkirakan saat itu adalah tahun 846M). Seperti hari-hari sebelumnya pada saat rombongan tersebut datang, di Tidore sedang terjadi pertikaian antar momole. Untuk meredakan dan menyelesaikan pertikaian yang terjadi, Syech Yakub (salah seorang dari rombongan Ibnu Chardazabah) turun tangan dengan cara memfasilitasi perundingan antar suku tersebut yang dikenal dengan Togorebo. Akhirnya disepakatilah bahwa perundingan tersebut akan dilakukan di atas batu besar di kaki gunung Marijang dan momole yang tiba paling cepat ke lokasi pertemuan akan menjadi pemenang dan memimpin pertemuan.
Dalam peristiwa itu, setiap momole yang sampai ke lokasi pertemuan selalu meneriakkan To ado re yang artinya “aku telah sampai”, karena merasa dialah yang datang pertama kali dan menjadi pemenang. Namun, pada kenyataannya beberapa orang momole yang bertikai tersebut tiba pada saat yang sama, sehingga tidak ada yang kalah dan menang. Tidak berapa lama Syech Yakub yang menjadi fasilisator pada pertemuan tersebut, tiba di lokasi dan berkata dengan dialek iraknya Anta thadore yang berarti “kamu datang”. Karena para momole datang bersamaan dan tidak ada yang menang maka disepakati Syech Yakub lah yang diangkat sebagai pemimpin. Sejak saat itulah nama Kie Duko berubah menjadi Tidore yang merupakan penggabungan dari Ta ado re dan Thadore.
Semoga tulisan saya ini dapat menambah pengetahuan teman-teman sekalian :D